A diamond


Being lady is an attitude.
(Chuck Woolery)

=====


Ada satu kisah yang lagi viral di Oktober ini, di kota yang membesarkan aku, di Medan.
Kisah seorang wanita yang memiliki akun instagram dengan membuat  3 foto di awal dengan kata-kata  "Penyebab Hancurnya Kisahku". Ada sekitar 21 screenshot yang mba tersebut share. Pasti dengan tujuan baik, meredakan sakitnya hatinya, mengklarifikasikan secara massal, juga memberi "moral value" bagi instagrammer yang bijak. 


She's sharing, we're caring. 
As a human, as sisters.

Jadi cerita singkatnya, namboru (calon mertua) mba itu marah-marah karena mba tsb sharing foto martuppol (lamaran) di FB nya. Namboru tsb gerah dan ingin foto tsb dihapus karena belum tentu akan menikah. Juga beliau menekankan bahwa anak laki-lakinya tidak mencintai mba tsb karena selama berpacaran, anak laki-lakinya tidak pernah menyentuh mba tsb seperti mencium dll. Rumah yang mereka akan tempati adalah rumah namboru itu, sehingga kalau nanti ada cek-cok, silahkan keluar dari rumah tersebut. 

Selain itu, jangan meminta uang terhadap anaknya (calon suami mba tsb), karena mba tsb masih tanggung jawab ortunya. Namboru juga mengingatkan jangan berharap bahwa mba tsb akan diterima di keluarga mereka. Namborunya menghina tentang emas dan pakaian yang digunakan mba tersebut saat acara martuppol.

Di akhir, Mba tersebut sudah sangat sabar, saat sudah tidak sanggup lagi menahan rasa kesabaran, ia pun menanyakan apa maksud dari semua ini. Namboru itu pun semakin berfikir "what a most stupid lady in this world".

Dan akhirnya hubungan mba tsb berakhir, dan pria tersebut tidak ada pertanggungjawaban sama sekali.


===

Sesama wanita, namun menyakiti dan tersakiti.
Seperti tidak memiliki anak, bagai tak memiliki hati.
Ada baiknya kita belajar dari cerita ini.


Sebagai wanita..
Pasti saat ini kita sudah merasakan bahwa  kebahagiaan, kesetaraan dalam pendidikan, pekerjaan, kewajiban dan hak, itu setara dengan yang didapatkan laki-laki. Dalam artian konteks sama rata yang relatif di bidang masing-masing. Karena kesetaraan gender, akan tetap berbeda saat berumah tangga :
1. wanita mengalami hamil, dan sperma berasal dari pria.
2. wanita adalah pendamping dan pria adalah pemimpin dalam rumah tangga.

Cukup. Itu saja. As a simple as it.
Tugas dalam menjalankan dua kesepakatan tersebut, sangat besar dan dibutuhkan rasa saling menghargai.
Karena mengandung itu cukup melelahkan, dan mencari nafkah juga melelahkan.
Tapi bukan berarti, wanita nya tidak bisa mencari nafkah, malah itu adalah nilai plus. 
Lelahnya itu berlipat ganda. 

Wanita itu sangat berharga dan sangat kuat.
Bisa melakukan apa saja yang dilakukan manusia dengan baik, tanpa pria.
Selamanya, wanita bisa melakukan apa saja tanpa pria. Bahkan untuk hamil sekalipun.
Pernah mendengar kisah bunda Siti Mariam ?
Hamil dengan keadaan suci, virgin, karena Allah yang beri.
Itu bedanya, 
Allah telah membuktikan bahwa kita, wanita, adalah makhluk yang spesial, berharga.
Allah saja sangat memuliakan seorang wanita.
Berbuat baiklah kepada Ibu, seakan akan surga sangat dekat dengan kita, dibawah telapak kaki bunda.

Allah juga menciptakan wanita sebagai pendamping dan pemberi rasa tentram bagi pria. Masih ingat kisah nabi Adam a.s ?
Nabi adam menangis sepanjang hari, karena merasa sepi hidup di surga sendiri.
Saat beliau tertidur, maka Allah ambil sebagian tulang rusuknya, dan menciptkan Hawa sebagai pendampingnya. Ketika ia terbangun, beliau sangat bahagia.
Ah, betapa indahnya perjumpaan awal buyut kita itu.

Andai, setiap pria mengingat awal perjumpaan dengan wanitanya.
Andai, setiap pria menghargai wanita seperti saat mengejar wanitanya.
Andai saja, setiap pria berusaha untuk tidak menyakiti wanitanya.
Pasti tidak akan ada kata "sia-sia".

Memang, cinta yang tidak pernah berakhir adalah cinta ayah kepada anak perempuannya.


Kita seharusnya berfikir.
Bahwa perempuan dan laki-laki itu berbeda.
Mungkin itu yang membuat dalam Islam, lebih baik dilakukan taaruf. Karena tidak akan membuang waktu dan energi yang lebih besar, apalagi kesia-siaan, bagi kedua belah pihak, terkhusus wanita.
Bayangkan saja, seorang wanita menunggu dan menghabiskan waktunya untuk menemani seorang pria yang akan menikahinya.
Waktunya terbuang, dan suatu hari pernikahan batal.
Mature nya pria dan wanita itu berbeda.
Semakin dewasa (matang) wanita, semakin cemas mengingat kok gak nikah-nikah.
Kebalikan dengan laki-laki, yang semakin matang, semakin mapan, semakin mantap menikah.

Jadi please, buat pria..
jangan membuang-buang waktu wanita.
Jangan memberi angin segar, dan ajaklah Ibu kalian untuk mencintai pasangan kalian seperti kalian yang diterima oleh keluarga wanita juga.

Bayangkan, seorang ayah yang melepaskan anak perempuannya.
Bayangkanlah kamu yang menjadi ayah tersebut.
Kamu menyayangi lahirnya anak perempuan kamu, kamu berusaha bekerja pagi hingga sore untuk menafkahi keluarga kamu, terutama memastikan bahwa anak kamu mendapatkan hak kebahagiaan yang jangan sampai kamu tidak bisa berikan.

Kamu berusaha menyekolahkan anak kamu, membelikan pakaian, memberi apapun.
Tak jarang, kamu mengajak anak perempuan kamu untuk jalan-jalan. Atau sekedar jogging dan olahraga bersama. Atau mengajak anak kamu menemani kamu membeli sesuatu.

Ayah juga kadang membawa makanan sehabis pulang kerja untuk anak perempuannya.
Membeli makanan yang kita suka. Mengajari kita untuk hidup disiplin.

Bahkan saat dewasa, seorang ayah rela anaknya jauh dari dirinya untuk memastikan bahwa anaknya mendapatkan pendidikan atau pekerjaan yang lebih baik lagi. Hingga tiba suatu hari, beliau harus  LEBIH merelakan saat anaknya akan dibawa pria lain untuk kehidupan selanjutnya. Anaknya akan mencintai pria lain, menikah dan menyembunyikan apapun yang ada di dalam hubungannya, menyimpannya sendiri, agar tidak menyakiti hati orangtuanya.

Semua itu cinta.

Cinta yang diajarkan seorang ayah untuk anak perempuannya.
Anak perempuannya meneruskan lagi cintanya kepada prianya kelak.
Mereka menikah dan mengajarkan cinta kepada anak-anaknya.

Namun apa yang terjadi saat ada orang yang bersifat "pembenci" ?
Pasti ada yang salah yang ia serap.
Mungkin psikologi parentingnya atau bisa jadi psikososialnya.
Maka, sebagai generasi muda, yuk kita ciptakan psikososial yang baik.
Yang tidak mudah menghina orang lain, yang tidak mudah mengucapkan kebencian.
Yang mudah menerima hadirnya orang lain, menghargai orang lain.
Kebaikan yang dilakukan terus berulang-ulang, akan menciptakan suatu kebiasaan yang baik. Sehingga saat kita menjadi orangtua kelak, kita bisa mengajarkan "psikologi parenting" yang baik, dan menghasilkan generasi yang baik pula.


Memang, zaman milenial ini, zaman yang semakin maju.
Kekerasan pada wanita sudah bergeser. 
Wanita sudah berharga, bukan budak lagi yang dulu disepanjang jalan pada zamannya sebelum Nabi Muhammad SAW, wanita dijalan bisa diculik, bisa dijadikan taruhan atau dijadikan apapun sepuasnya pria tersebut melihat.

Kekerasan wanita udah bergeser ya.
Kekerasan fisik menurun, namun verbal bullying sekarang sudah meningkat.
Tapi jangan salah, verbal bullying yang dibiasakan akan dibenarkan oleh suatu tindakan kekerasan fisik di suatu hari mendatang.


Maka, kita harus stop dari sekarang.
Hargailah pasangan kamu, dengan tidak mengucapkan kata-kata kasar, penghinaan dan kata kata yang merendahkan.
Ajaklah orangtua kamu, mencintai pasangan kamu.
Beri pandangan bahwa pasangan kamu itu baik dan pantas untuk diperlakukan baik.

Dan....
You ladies are a diamond, they can't breake you.
Jangan memaksakan suatu hubungan jika memang dari awal semua kebaikan tetap dianggap adalah suatu keburukan.
Tidak perlu bersikeras menunjukkan siapa dirimu, karena yang menyukaimu tidak membutuhkan itu, dan yang membencimu tak akan percaya itu --- Ali bin Abi Thalib.



















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pisang Cavendish

Lanjutkan Mimpimu